Peran DAPIC Problem Solving Process dalam PBL pada Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa berdasarkan Adversity Quotient
Keywords:
DAPIC Problem Solving Process, PBL, Adversity Quotient, Kemampuan Pemecahan MasalahAbstract
Tujuan pembelajaran matematika dalam Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menegah salah satunya adalah memiliki kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil studi PISA 2015 yang berisi soal-soal pemecahan masalah, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara dalam bidang matematika dengan skor di bawah rata-rata OECD. Hal ini menunjukkan kemampuan pemecahan masalah masih rendah. PBL (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah juga dapat didukung dengan langkah pemecahan masalah, yaitu DAPIC problem solving process yang berisi tentang bagaimana siswa menentukan suatu masalah (define), menilai seberapa besar masalah yang ada (asses), merencanakan menyelesaikan masalah yang diberikan (plan), menerapkan rumus yang diperoleh guna menyelesiakan masalah (implement), dan mengomunikasikan hasil yang diperoleh (communicate). Siswa memiliki sikap dan kemampuan yang beragam ketika dihadapkan pada soal pemecahan masalah hal ini berkaitan dengan adversity quotient (AQ) yang merupakan kemampuan siswa dalam bertahan menghadapi kesulitan belajar dan cara mengatasinya di kelas. Oleh karena itu, uraian kajian artikel konseptual ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran DAPIC problem solving process dalam PBL berdasarkan adversity quotient pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.