Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Peternakan di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali
Keywords:
Gas Rumah Kaca (GRK), Metana (CH4), Dinitrogen Oksida (N2O), Peternakan, Enteric Fermentation, Manure Management, IPCC, Tier-1, Boyolali, Desa Gedangan.Abstract
Perubahan iklim yang semakin mendesak berkaitan langsung dengan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK), terutama dari bidang peternakan. Kabupaten Boyolali, sebagai salah satu sentra peternakan, mengalami penurunan populasi ternak dalam beberapa tahun terakhir akibat adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang dapat berdampak pada dinamika emisi metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O). Studi ini bertujuan untuk menginventarisasi emisi GRK dari fermentasi enterik (enteric fermentation) dan pengelolaan kotoran ternak (manure management) di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, dengan menggunakan data populasi ternak tahun 2024 dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali. Perhitungan dilakukan berdasarkan metode Tier-1 dari pedoman Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2006, yang memanfaatkan faktor emisi standar untuk mengestimasi produksi CH4 dari fermentasi enterik (enteric fermentation) dan pengelolaan kotoran ternak (manure management), serta emisi N2O langsung dan tak langsung. Konversi dilakukan dalam bentuk Gg CO2-ekuivalen, dengan angka Global Warming Potential (GWP) untuk metana sebesar 23 dan dinitrogen oksida sebesar 298. Hasil perhitungan menginterpretasikan bahwa total emisi GRK dari sektor peternakan di Desa Gedangan mencapai 3,1712 Gg CO2-eq/tahun, dengan kontribusi terbesar berasal dari fermentasi enterik sapi perah yang menyumbang 1,6836 Gg CO2-e/tahun, sedangkan pengelolaan kotoran ternak (manure management) juga menghasilkan CH4 dan N2O, terutama dari sapi perah dan ayam buras. Inventarisasi ini menunjukkan bahwa peternakan skala kecil tetap memiliki dampak lingkungan yang signifikan, sehingga diperlukan strategi mitigasi seperti pengolahan kotoran ternak yang tepat, penggunaan probiotik, serta pengomposan limbah unggas untuk mengurangi emisi GRK di tingkat desa.