Faktor Risiko Kekurangan Energi Kronik pada Remaja Putri di Kota Semarang

Authors

  • Vilda Ana Veria Setyawati Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
  • Ari Yuniastuti Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
  • Oktia Woro Kasmini Handayani Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
  • Eko Farida Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
  • Evi Widowati Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Keywords:

KEK; remaja putri; pengetahuan gizi; gaya hidup; peran sekolah

Abstract

Latar Belakang : Golongan rawan masalah gizi meliputi bayi, balita, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur (15-49 tahun), dan lansia. Remaja putri merupakan salah satunya dan rentan menderita penyakit gizi. Masalah gizi pada remaja putri yang terekam saat ini kekurangan energi kronik (KEK). KEK perlu penanganan sedini mungkin karena merupakan indikasi adanya defisiensi multi mikronutrien.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kasus KEK dan faktor risikonya pada remaja putri di Kota Semarang.

Metode : Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 42 remaja putri madya di SMA Laboratorium UPGRIS Kota Semarang. Status KEK ditentukan dengan menggunakan pita LiLA. Instrument kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor risiko KEK meliputi pengetahuan gizi, gaya hidup, dan peran guru serta sekolah pada masalah gizi siswanya. Analisis deskriptif dan bivariate menggunakan SPSS. Uji chi-square digunakan untuk menguji hubungan antara faktor risiko dan status KEK.

Hasil : Remaja putri yang mengalami KEK lebih besar dibandingkan yang normal yaitu 52,4%. Sebagian besar pengetahuan remaja putri tinggi (66,7%), gaya hidup sebagian besar baik (50%). Selanjutnya, menurut persepsi remaja putri, sekolah berperan melalui UKS untuk pendidikan kesehatan (54,8%). Pengetahuan memiiki hubungan secara statistik dengan status KEK remaja putri. Gaya Hidup dan peran sekolah tidak memiliki hubungan dengan status KEK remaja putri. 45,2% remaja putri tidak pernah mengkonsumsi tablet penambah darah.

Implikasi : Remaja putri memperoleh manfaat dengan peningkatan kepedulian pada kondisi kesehatannya pada kasus kekurangan energi kronik. Melalui UKS, guru BK, Organisasi siswa Ekskul, dan juga kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lain, sekolah dapat mengambil peran dalam penanganan dan pencegahan KEK bagi remaja.

Downloads

Published

2023-06-20

Issue

Section

Articles